Peterongan, pcnujombang.or.id —Suasana khidmat sekaligus penuh semangat terasa sejak pagi di Graha MWCNU Peterongan, Desa Senden, Kecamatan Peterongan, pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
Tepat pukul 07.30 WIB, kegiatan peringatan Hari Santri dimulai, dihadiri para santri, guru, dan masyarakat sekitar.
Kegiatan ini diikuti oleh peserta didik tingkat MI/SD se-Kecamatan Peterongan yang dengan antusias menampilkan bakat dan semangat keislaman mereka.
Ketua Panitia, Alif Nurulloh, dalam sambutannya menegaskan bahwa Hari Santri bukan sekadar momentum tahunan, tetapi menjadi manifestasi resolusi jihad, ikhtiar spiritual dan sosial yang diwariskan para ulama untuk menjaga agama dan tanah air.
Menurutnya, santri tidak hanya mengenang sejarah perjuangan, tetapi juga meneladani semangat pengabdian dan cinta tanah air melalui tindakan nyata.
“Hari Santri adalah manifestasi resolusi jihad. Kita belajar bahwa semangat santri bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi bagaimana menjaga nilai-nilai Aswaja agar tetap membumi di tengah perubahan zaman,” ungkap Alif dengan penuh keyakinan.
Lomba Cerdas Cermat dan Qiraatul Qur’an
Dalam kesempatan tersebut, panitia menyelenggarakan dua jenis lomba utama yang sarat makna edukatif dan spiritual.
Pertama, Lomba Cerdas Cermat Keaswajaan, diikuti oleh 16 grup dari berbagai lembaga pendidikan dasar.
Lomba ini menjadi sarana menanamkan nilai-nilai Aswaja sejak dini, menumbuhkan kecintaan anak terhadap ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Kedua, Lomba Qiraatul Qur’an, diikuti 17 peserta dari berbagai madrasah dan sekolah dasar. Suara lantunan ayat suci menggema di Graha MWC, menambah kesejukan dan kekhusyukan suasana pagi itu.
Alif Nurulloh menyampaikan harapannya agar kegiatan Qiraatul Qur’an tidak berhenti hanya di ajang lomba, tetapi menjadi langkah awal pembinaan kader-kader qari dan qariah di lingkungan NU Peterongan.
“Kami berharap anak-anak yang tampil hari ini bisa terus berlatih dan kelak mengisi kegiatan keagamaan di masyarakat. Suara Al-Qur’an tidak boleh padam; ia harus terus hidup dalam setiap acara umat,” tutur Alif penuh harap.
Pesan Nilai Keikhlasan
Turut hadir memberikan sambutan, Ketua Tanfidziyah MWCNU Peterongan, KH Fathurrozi, yang menyampaikan pesan penuh makna tentang nilai keikhlasan dalam berkompetisi.
Beliau mengingatkan bahwa perlombaan hanyalah sarana kecil untuk mengasah semangat juang dan keikhlasan santri.
“Datanglah lomba dengan hati yang ikhlas. Menang kalah adalah hal biasa yang harus diperjuangkan. Yang penting, bagaimana kita menanamkan cinta agama, cinta Al-Qur’an, dan cinta NU dalam diri masing-masing,” pesan beliau dengan nada teduh.
Lebih lanjut, KH Fathurrozi menekankan bahwa semangat Hari Santri adalah panggilan untuk terus menjaga keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kesalehan spiritual.
Ia menilai kegiatan seperti ini bukan hanya kompetisi, melainkan pembentukan karakter santri yang cinta ilmu, cinta ibadah, dan cinta kebersamaan.
Kegiatan Hari Santri di Graha MWCNU Peterongan pun berlangsung dengan penuh kehangatan. Para peserta, guru, dan panitia tampak bergembira, saling mendukung satu sama lain.
Kehadiran anak-anak dari berbagai madrasah ibtidaiyah menjadi warna tersendiri, mereka adalah simbol regenerasi semangat santri yang akan melanjutkan perjuangan para ulama di masa depan.
Dengan semangat keaswajaan, kegiatan ini menjadi bukti bahwa santri tidak hanya berjuang di masa lalu, tetapi juga terus berkiprah di masa kini, membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dalam kehidupan masyarakat.














